Ancaman Proxy War didepan Mata Indonesia

SOBATINDONEWS.COM – Proxy War memang sangat jarang kita dengar maupun seringkali tidak diketahui sama sekali. Kebanyakan dari kita hanya mengetahui perang tradisional atau yang baru-baru ini adalah Cyber War. Namun ternyata, Proxy War tetap harus diwaspadai apalagi di Indonesia ini. Pengertian Proxy War sendiri adalah perang perpanjangan tangan yang dilakukan satu pihak terhadap pihak lain dengan menggunakan pihak ketiga yang berasal dari negara itu sendiri. Pihak ketiga atau pemain pengganti digunakan untuk menghindari konfrontasi secara langsung untuk mengurangi resiko konflik langsung yang beresiko kehancuran fatal.

Perang Proksi dilakukan dengan memanfaatkan potensi konflik untuk menimbulkan instabilitas negara. Celakanya, kita tidak tahu mana lawan dan mana kawan di Perang Proksi ini. Perang Proksi juga tidak dilakukan melalui kekuatan militer, namun melalui berbagai aspek kehidupan bernegara.

Indonesia patut mewaspadai adanya Perang Proksi karena banyak negara asing berebut kekayaan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Kekayaan hayati, kesuburan tanah, letak strategis yang dimiliki Indonesia membuat banyak negara berlomba-lomba ingin menguasainya melalui Perang Proksi. 

Sumber: Jurnal Pertahanan & Bela Negara Vol 7 No.1 (2017) / editor:(SobatIndoNews/AbellinoRasya)

Bentuk-Bentuk Perang Proksi di Indonesia

Sebagai bentuk dalam meningkatkan kewaspadaan terhadap adanya potensi Perang Proksi di Indonesia, alangkah lebih baiknya kita mengenali bentuk-bentuk Perang Proksi di Indonesia berikut ini.

  1. Penanaman bibit paham radikalisme dan anti Pancasila
  2. Kerusuhan akibat tersulutnya konflik horizontal di daerah
  3. Menghembuskan isu SARA agar terjadi instabilitas keamanan
  4. Penyebaran hoax atau berita bohong di media maya agar terjadi distorsi informasi
  5. Memicu sentimen agama melalui teror bom di tempat ibadah
  6. Beragam demonstrasi massa dengan tuntutan yang tidak relevan
  7. Pemaksaan untuk menggantikan dasar negara dengan sistem ideologi lain

Berdasarkan data dari Jurnal Pertahanan dan Bela Negara Vol. 7 Nomor 1 tahun 2017, penelitian milik Raden Mas Jerry Indrawan dan Bayu Widiyanto berjudul “Korupsi Sebagai Bagian Dari Perang Proxy: Upaya Untuk Memberantas Bahaya Korupsi di Indonesia”, korupsi dianggap juga sebagai salah satu bentuk Perang Proksi. Hal ini karena korupsi mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia di hampir semua sektor. 

Korupsi juga merupakan salah satu ancaman non-konvensional terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia. Sehingga untuk menghindari adanya Perang Proksi, pemberantasan korupsi harus terus dilakukan agar Indonesia menjadi bangsa yang kuat dan tidak mudah bergantung kepada bangsa asing

Isu dominan di Masa Depan dari Isu Kontemporer yang dapat menyebabkan Perang Proxy

Isu-Isu Global Pasca Perang Dingin :

  • Terorisme, human trafficking, & keamanan internasional
  • Hak Asasi Manusia/HAM
  • Nasionalisme dan konflik etnik
  • Ploriferasi senjata nuklir
  • Korupsi dan the capture states
  • Ekonomi dan perdagangan
  • Krisis pangan dunia, kemiskinan dan kesenjangan  social
  • Kerjasama kawasan, pembangunan internasional, global governance dan tata kelola dunia internasional
  • Globalisasi dan isu demokrasi
  • Energi, lingkingan hidup dan pemanasan global

Selain itu, Terdapat beberapa Ancaman antara lain,

  • Pergeseran kekuatan negara adikuasa atau superpower.

Konflik yang terjadi saat ini telah berubah dari perang secara tradisional menjadi perang proxy (perang menggunakan konflik di negara lain) dan perang hybrid atau campuran. Hal ini dimungkinkan akibat mulai melemahnya negara adikuasa. Kekuatan dunia menjadi terbagi-bagi atau multipolar. Contohnya dengan krisis nuklir Korea Utara.

  • Adanya Terorisme dan radikalisme.

Ancaman jenis ini bisa dipakai negara atau pihak tertentu untuk melakukan proxy war ataupun hybrid war di negara lain. Ancaman ini terjadi di semua negara dan bahkan di negara adidaya. Terorisme dan radikalisme, Hal ini menjadi Rumit akibat jaringan teknologi komunikasi yang membantu penyebaran pesan-pesan radikal ataupun perintah terror.

  • Serangan siber.

Ancaman ini, bisa menimbulkan kerusakan yang sama kuat dengan serangan konvensional. Pasalnya, teknologi siber ini dimanfaatkan pula dalam pertahanan negara. contohnya dengan serangan AS dan Israel terhadap program nuklir Iran. Selain itu, potensi konflik di sekitar Laut Natuna. Hal ini terjadi akibat tindakan ofensif China untuk menguasai sumber-sumber alam di sekitar Laut China Selatan.

Leave comment

Your email address will not be published. Required fields are marked with *.